Senin, 09 Desember 1996

The English Patient

Cast: Ralph Fiennes; Juliette Binoche; Willem Dafoe; Kristin Scott Thomas
Director: Anthony Minghella
Writers: Anthony Minghella base on Novel Michael Ondaatje
Produksi: Miramax Films
Release Date: 15 November 1996


The English Patient yang berlatar belakang Perang Dunia II, berawal dengan jatuhnya sebuah pesawat di gurun Afrika. Dari puing pesawat Inggris ini, ditemukan seorang pria (Ralph Fiennes) yang mengalami luka bakar parah di sekujur tubuhnya. Ia kemudian diselamatkan dan dirawat, sebelum akhirnya diserahkan pada pihak tentara Kanada untuk terus mendapatkan perawatan. 


Ternyata, pria ini hilang ingatan, sehingga pihak tentara kesulitan mengidentifikasinya. Yang ia punya hanya buku sejarah Herodotus. Akhirnya, karena ia ditemukan sedang mengemudi pesawat Inggris, ia disebut The English Patient. Ia dirawat oleh Nurse Hana (Juliette Binoche) di sebuah desa di Italia yang penuh dengan ranjau bom peninggalan Jerman. 

Ketika sedang melakukan perjalanan, rombongan perawat dan korban perang ini dikejutkan oleh ranjau. Dan saat itu Nurse Hana kehilangan teman baiknya. Tidak ingin kembali merasakan kehilangan, ia memutuskan untuk tidak meneruskan perjalanan dengan rombongan, melainkan memisahkan diri bersama dengan The English Patient untuk tinggal di sebuah monastery yang terbengkalai. Hana merasa tempat itu akan membuat The English Patient merasa nyaman di saat-saat terakhir hidupnya.Hingga kemudian datang Caravaggio a.k.a Moose (Willem Defoe) yang merupakan bagian dari masa lalu The English Patient.

Lewat serangkaian flashback, mulai terkuaklah masa lalu The English Patient. Ternyata, ia bernama Count Laszlo De Almasy dan berprofesi sebagai pembuat peta di Afrika, khususnya di kawasan gurun pasir di Mesir dan kawasan Afrika Utara lainnya. Suatu hari dalam pekerjaannya, datang sepasang suami istri yang ikut dalam tim eksplorasi Almasy dan partnernya, Madox. Suami istri ini adalah Geoffrey Clifton (Colin Firth) dan Katharine Clifton (Kristin Scott Thomas). Almasy dengan segera jatuh cinta pada Katharine dan memulai sebuah kisah cinta terlarang di antara mereka. Lambat laun, Geoffrey mulai mengerti kebenarannya dan mengakhiri cinta segitiga ini dengan tragis.


Suster Hana sendiri akhirnya berhasil mengobati trauma masa lalunya, di mana ia menganggap dirinya adalah kutukan karena semua yang ia cintai mati, dengan mencintai Kip Singh, seorang India yang bekerja untuk Inggris sebagai penjinak bom.

Well, overall menurut saya film ini bagus sekali. Dan sangat menyentuh dengan ending yang begitu menyakitkan. Setting-nya indah dan eksotis. Gurun pasir yang selama ini di benak saya panas dan kotor ternyata malah bisa jadi tempat romantis di film ini.


Ceritanya sendiri berdasarkan novel dengan judul yang sama karya Michael Ondaatje dan mengalir dengan natural. Dapat dibedakan dengan mudah mana yang kejadian sekarang mana yang flashback. Jadi, penonton tidak bingung. Juga kisah cinta Hana dan Kip yang beda suku. Tetap indah. Mengingatkan kita bahwa cinta itu universal. Tidak pandang suku, umur, dan hal-hal lainnya.


Selain itu, yang membuat film ini jadi lebih hidup adalah akting dari Ralph Fiennes dan Kristin Scott Thomas. Dari awal saya bisa lihat bahwa mereka saling mencintai. Dan dari akting mereka saya juga tahu ada perasaan bersalah menjalani cinta terlarang ini. Bahwa, Katharine memang harus meninggalkan Almasy walaupun hanya untuk sementara karena takut Almasy lebih tersakiti lagi. Saya tahu semua itu sangat sederhana dari mata mereka yang berbicara.  Bukankah akting yang bagus itu adalah akting yang bisa menggambarkan konflik batin yang dihadapi bahkan tanpa harus bicara? Apalagi ketika Almasy berdansa dengan Katharine, pandangan matanya kepada Katharine adalah pandangan lelaki yang sedang tergila-gila