Senin, 08 Januari 2007

Apocalypto

Cast: Dalia Hernandez, Mayra Serbulo, Gerardo Taracena, Raoul Trujillo, Rudy Youngblood
Director: Mel Gibson
Writers: Mel Gibson, Farhad Safinia
Release Date: 8 December 2006

Jika dipikir secara logika, suku Indianlah penemu benua Amerika. Suku Indian yang disangka bangsa India oleh Colombus berasal dari Asia. Lebih dari 20.000 tahun lalu, mereka menemukan daratan Amerika ketika mengikuti hewan buruan menyebrangi jembatan darat Bering (Selat Bering) ke Alaska.Dalam sejarahnya, daratan Asia dan Amerika merupakan kesatuan dan belum tepisah oleh lautan dalam. Selat Bering, dahulu, merupakan tanah genting dan kini menjadi pemisah antara Asia dan Amerika.Suku tersebut mendirikan peradaban selama ribuan tahun. Mereka hidup dengan berburu, meramu, dan mendirikan membangun rumah yang disebut pueblo. Kehidupan mereka sangat misterius dan tersembunyi dari masyarakat dunia luar. Mulai kepercayaan mistis yang harus mengorbankan manusia lain hingga perilaku kanibalisme.

Contohnya, dalam film ini. Digambarkan kehidupan bangsa kuno Amerika di daerah Yukatan, Meksiko, selama periode runtuhnya peradaban bangsa Maya. Masa ini adalah ketika Colombus belum menginjakan kakinya di daratan Amerika.

Di film ini, kita dapat melihat ras asli bangsa Amerika yang sangat mirip orang Asia. Para pemain merupakan orang-orang Meksiko dan masyarakat keturunan orang Amerika asli. Mereka menggunakan dialog Yucatec Maya, salah satu dari tiga bahasa asli bangsa Maya.

Dalam 'Apocalypto', lagi-lagi Mel Gibson memilih untuk mengarahkan filmnya dalam bahasa asing, setelah 'Passion of The Christ' (2004). Kali ini berlokasi di pedalaman Amerika Selatan, tepatnya di ujung era peradaban suku Maya.




Jaguar Paw (diperankan oleh Rudi Youngblood) adalah salah seorang anggota suku Maya yang tinggal di tengah hutan lebat. Kegiatannya sehari-hari adalah berburu binatang hutan bersama teman-teman dan kepala suku yang sekaligus adalah ayahnya, Flint Sky (diperankan oleh Morris Birdvellowhead ) Suku mereka adalah suku yang ramah dan tidak berniat menyerang atau menguasai suku apapun. Mereka hidup dengan damai beserta keluarga mereka.

Ketika mereka sedang berburu di hutan sambil bercanda, secara tidak sengaja mereka bertemu dengan sekelompok suku lain yang sepertinya sedang dalam perjalanan untuk mengungsi dari tempat lama mereka, karena para istri dan anak-anak juga dibawa serta. Mereka mengatakan tentang adanya sekelompok suku kejam yang telah menghancurkan perkampungan mereka. Jadi mereka harus melarikan diri sebelum ditemukan. Mereka juga menyuruh agar suku Jaguar Paw segera pergi dari pemukiman mereka sekarang.

Tapi Jaguar Paw dan sukunya tidak percaya dengan hal itu. Mereka tidak melihat ada hal apapun yang membahayakan tempat tinggal mereka sebelumnya. Maka mereka pulang sambil membawa hasil buruan mereka. Menemui istri dan anak-anak mereka sambil bercanda seperti biasanya.

Tapi ternyata, suku jahat itu memang ada. Jaguar Paw tersadar keesokan harinya, bahwa ada orang yang sedang mengintai pemukiman mereka. Samar-samar is melihat bayangan-bayangan yang menyelinap di antara pepohonan. Dan instingnya mengatakan hal ada sesuatu yang buruk yang akan terjadi. 

Dengan terburu-buru dia membangunkan istrinya, Seven (diperankan oleh Dalia Hernandez yang sedang hamil besar beserta putra sulungnya, Turtles Run, yang masih balita. Ia menyuruh mereka masuk ke sebuah sumur besar yang sudah kering tidak jauh dari rumah mereka. Ia menurunkan mereka berdua dengan terburu-buru menggunakan tali. Dan bahkan sebelum anak dan istrinya sampai di dasar sumur, kampungnya telah diserang oleh kawanan jahat yang dipimpin oleh Zero Wolf (diperankan oleh Roul Trujilo)


Setelah meninggalkan istri dan anaknya di dalam sumur, Jaguar Paw segera berlari kembali untuk membantu teman-temannya yang melawan para penyerang itu. Tapi ternyata kekuatan mereka tidak seimbang. Suku Jaguar Paw bukanlah jenis suku yang terlatih untuk berperang. Senjata yang mereka miliki hanyalah tombak kayu untuk berburu. Sementara suku jahat itu memiliki berbagai senjata dari besi. Maka dalam sekejab saja, suku mereka kalah. 


Semua perempuan diperkosa lalu dibunuh. Hanya beberapa saja dari mereka yang tidak dibunuh. Semua pria dewasa ditawan dan diikat, termasuk Jaguar Paw. Ia memandang sekilas ke arah sumur tempat istri dan anaknya bersembunyi, sebelum mereka semua dibariskan dengan cara diikat pada leher dan dipaksa berjalan.

Perjalanan yang mereka tempuh sangat berat. Ditambah lagi posisi mereka yang terikat satu sama lain. Tepat di leher. Jadi, kalau ada salah seorang diantara mereka yang berjalan terlalu lambat atau terjatuh, maka itu akan mengakibatkan mereka semua tercekik. Maka mereka harus saling membantu kalau ada yang terjatuh agar bisa tetap selamat. Belum lagi kalau mereka dicambuk karena dianggap berjalan terlalu lambat.

Akhirnya, mereka sampai ke tujuan. Ternyata, suku jahat itu membawa mereka ke sebuah suku yang lebih besar dan lebih maju lagi. Suku ini sudah mengenal pakaian dan peralatan logam. Mereka memuja dewa matahari yang diberi nama Kukulkan. Sang Raja berada di puncak sebuah pyramid batu yang bertangga-tangga. Lengkap dengan permaisuri dan putra mahkotanya. Dan ternyata suku baru ini lebih kejam lagi. 


Mereka memberikan korban manusia untuk menyenangkan dewa matahari. Pria-pria muda dipenggal di atas pyramid, lalu kepalanya dilemparkan ke bawah. Dimana ribuan orang sudah menunggu untuk menangkap kepala yang menggelinding itu. Ibu-ibu membawa bayi mereka lalu menunggu di ujung terbawah pyramid. Mengambil darah yang menetes dari kepala-kepala yang terpenggal itu, lalu mengoleskannya di kening bayi-bayi mereka.


Mereka menganggap mayat-mayat itu sebagai persembahan suci yang sudah diberkati dewa matahari. Dengan menumpahkan darah seperti itu, mereka berharap dewa matahari tetap berbaik hati kepada mereka.

Dan ternyata, suku jahat yang menyerang pemukiman Jaguar Paw adalah suku yang mencari budak-budak untuk dijual kepada suku pemuja matahari ini. Raja akan membayar untuk setiap orang yang mereka bawa untuk dipenggal dan dipersembahkan. Sementara perempuan-perempuan akan diperdagangkan di pasar untuk dijual sebagai budak.

Dua orang temannya sudah tewas terpenggal terlebih dahulu, sebelum akhirnya tibalah giliran Jaguar Paw untuk naik ke altar penyembahan. Dia melihat dari dekat sosok pendeta pemenggal yang berlumuran darah kering dan memegang pisau besar. Dia juga melihat raja dan ratu yang memandang bosan pada ritual pembunuhan itu. Dan ia melihat si putra mahkota kecil yang memandang dengan gembira sekaligus kejam ke arah calon korban persembahan itu.

Pada saat itulah Jaguar Paw teringat pada istri dan anakknya yang masih berada di dalam sumur di dekat perkampungan mereka dulu. Dia sangat sedih membayangkan mereka akan mati karena kelaparan disana, dan tidak menyadari kalau Jaguar Paw sudah tewas terpenggal. Dia berdoa agar masih diberikan kesempatan hidup dan selamat dari suku biadab ini. Tiba-tiba, terjadilah gerhana matahari. Suku ini belum mengetahui tentang fenomena alam ini sebelumnya. Mereka menganggap kalau gerhana matahari ini adalah pertanda kalau dewa matahari sudah merasa cukup dengan korban persembahan mereka. Maka Jaguar Paw pun tidak jadi dipenggal dan dikembalikan ke suku yang telah menawannya.

Zero Wolf kemudian memutuskan untuk membunuh mereka yang tersisa. Tapi mereka ingin bermain-main dulu, sebelum membunuh mereka. Jaguar Paw dan teman-temannya kemudian dibawa ke tepi hutan, lalu disuruh berlari untuk menyelamatkan diri. Sementara itu, mereka akan memanah atau menghujani mereka dengan tombak. Dan ada anak kepala suku, Cut Rock (diperankan oleh Ricardo Diaz Mendoza) ditempatkan untuk menjaga di ujung yang lain, kalau-kalau ada yang lolos dari panah mereka. Ia kemudian ditugaskan untuk membunuh mereka sebelum sampai ke tepi hutan.

Dua orang pertama yang disuruh berlari kemudian jatuh karena tertombak. Kemudian tibalah giliran Jaguar Paw dan seorang temannya. Mereka berusaha menghindari tombak dengan cara berlari secara zig-zag. Mereka sudah hampir sampai di ujung, ketika tiba-tiba sebuah tombak melayang dan mengenai bagian perut Jaguar Paw. Tapi ia tidak tewas. Ketika anak kepala suku mendekat untuk membunuhnya. Jaguar Paw berhasil menikamnya terlebih dahulu, lalu segera berlari ke dalam hutan. 


Si kepala suku sangat marah karena putranya terbunuh. Mereka kemudian menyusul Jaguar Paw ke dalam hutan untuk memburu dan membunuhnya. Jaguar Paw yang terluka berlari dengan napas tersengal-sengal, mencoba untuk mencari tempat persembunyian. Karena ia sudah tidak kuat lagi untuk berlari. Jaguar Paw kemudian memanjat ke sebuah pohon dan bersembunyi. Gerombolan itu tidak melihat ke atas dan terus berlari melewatinya. Tapi ia tidak menyadari kalau darahnya menetes dan jatuh di punggung salah seorang pemburunya.

Ketika akhirnya mereka berhenti mengejar karena kehilangan jejak, salah seorang dari mereka melihat noda darah di punggung temannya dan segera menyadari kalau Jaguar Paw bersembunyi di atas pohon. Mereka sudah berniat kembali ke arah mereka datang tadi untuk mengecek kembali. Ketika tiba-tiba mereka mendengar langkah orang yang sedang berlari. Dan mereka menebak kalau itu adalah Jaguar Paw yang sedang mencoba melarikan diri. Mereka lalu berusaha mengejarnya dan memotong jalan.

Ternyata Jaguar Paw memang sedang berlari. Tenaganya langsung pulih dan dia berlari seperti orang gila yang ketakutan. Tapi bukan karena suku pemburu itu, melainkan karena ada seekor macan yang sedang mengejarnya dari belakang. Inilah yang tidak diketahui oleh pemburunya. Maka begitu mereka berhasil memotong jalan dan mengejar Jaguar Paw, macan itu berhasil menangkap salah seorang dari mereka dan menggigit lehernya hingga patah. Dengan refleks mereka membunuh macan itu beramai-ramai.

Dan peristiwa ini telah menciutkan nyali sebagian besar kawanan itu. Mereka beranggapan bahwa membunuh macan akan membawa kutukan yang sangat buruk bagi mereka. Ada yang mengusulkan agar mereka berhenti mengejar Jaguar Paw dan kembali saja. Tapi si Zero Wolf begitu marah karena anaknya tewas, tetap memaksa untuk mengejar Jaguar Paw sampai dapat dan mengulitinya hidup-hidup. Maka mereka tidak punya pilihan lain selain mengikuti perintah ketuanya.


Jaguar Paw yang sudah sangat terdesak akhirnya nekat menerjunkan diri di sebuah air terjun dan selamat sampai di bawah. Dia mengira dirinya akan selamat dan mereka akan berhenti mengejarnya. Tapi ia salah. Rasa dendam telah membuat si Zero Wolf memaksa anak buahnya juga terjun untuk mengejar Jaguar Paw. Dan ia pun kembali berlari.


Tapi tiba-tiba dia menyadari kalau mereka tidak akan berhenti mengejarnya. Dan ia tidak bisa melarikan diri selamanya. Akhirnya dia memutuskan untuk melawan mereka. Dia mengenali setiap sudut hutan itu, karena disanalah ia lahir dan tumbuh dewasa. Karena hutan ini sudah termasuk dalam areal pemukiman sukunya. Hal pertama yang ia lakukan adalah melemparkan sebuah sarang lebah yang sangat besar ke arah gerombolan pengejarnya. Lebah-lebah ganas itu segera mengerubungi mereka, tapi Jaguar Paw selamat karena dia melumuri tubuhnya dengan lumpur.

Satu-persatu anggota pemburunya tewas karena Jaguar Paw berhasil membuat mereka tercerai-berai, sehingga pertarungan berjalan dengan seimbang. Sampai akhirnya yang tersisa tinggal si Zero Wolf saja. Pada saat itu hujan deras tiba-tiba turun. Jaguar Paw teringat pada istri dan anaknya yang masih berada di dalam sumur. Dia harus segera mengeluarkan mereka dari sana, karena air hujan akan segera membanjiri sumur itu dan membuat mereka tenggelam.

Ketika Jaguar Paw menemukan letak sumur itu, tiba-tiba si kepala suku muncul dan menombaknya tapi meleset. Maka Jaguar Paw harus melupakan dulu niat untuk menyelamatkan istri dan anaknya dan melarikan diri sambil mencari cara untuk membunuh si Zero Wolf. Karena kalau ia kalah dan tewas, si Zero Wolf pasti akan membunuh istri dan anaknya juga karena ia sudah tahu letak persembunyian mereka. Dan ia akhirnya menemukan cara untuk membunuh si ketua itu.

Dia berlari ke tempat sukunya biasa memasang perangkap untuk menangkap babi hutan. Ia memancing Zero Wolf jahat itu kesana. Jaguar Paw tidak menginjak perangkap itu karena ia mengenali cirri-cirinya. Tapi pemburunya tidak mengetahui hal itu dan terus saja mengejarnya. Dan dia pun tewas dengan tubuh tertancap bambu runcing.

Dengan terburu-buru ia kembali ke sumur tempat istri dan anaknya berada. Air di dalam sumur sudah sangat tinggi, hingga istrinya yang sedang hamil tua itu harus berdiri di atas batu sambil menggendong anak laki-laki mereka di bahunya. Dan pada saat itulah ia melahirkan anak keduanya.

Luar biasa sekali proses pengambilan adegan ini. Bayi itu benar-benar ditunjukkan lahir di dalam air dan dengan refleks menggerak-gerakkan tangannya untuk mengambang, padahal ia masih terhubung dengan tali pusar. Kemudian ibunya mengangkat si bayi tinggi-tinggi, dan pada saat itulah Jaguar Paw datang untuk menolongnya.

Pada bagian akhir cerita ditunjukkan, kalau ternyata Jaguar Paw beserta istri dan kedua anaknya adalah keturunan terakhir yang tersisa dari suku mereka. Para suku jahat itu telah membantai semua anggota suku mereka. Dan ketika Jaguar Paw dan keluarganya berniat pergi dari hutan itu, mereka terkejut melihat sebuah benda yang melayang di atas air. Benda itu ternyata kapal. Dan itulah kapal ekspedisi keempat Christoper Colombus yang sampai ke tempat itu, sekaligus sebagai awal dari masuknya bangsa asing untuk menguasai tempat itu.

Melalui film ini, Mel Gibson seakan ingin membuktikan bahwa film aksi-petualangan yang mendebarkan dapat dilakukan dimana saja, termasuk di tengah lebatnya pepohonan hutan belantara. 'Apocalypto'terasa sangat intens dan menegangkan, terutama dibagian akhir film. Disini, terbukti kecakapan Mel Gibson dalam mengeksekusi sebuah film.

Film sendiri berjalan dalam 3 tahap; tahap pertama adalah pengenalan karakter, tahap kedua ranah konflik dan terakhir adalah adegan pengejaran yang intens tadi sebagai klimaks. Semua ditangani dengan efektif dan Mel Gibson mampu membangun empati penonton terhadap karakter utamanya. Seperti 'BraveHeart' (1995) dan 'Passion of The Christ' (2004), Mel Gibson masih menampilkan banyak adegan yang terasa brutal dan sadis, namun tidak terasa sebagai 'kewajiban' akan tetapi merupakan kebutuhan dari film. Dengan begitu, jelas 'Apocalypto' bukan untuk tontonan setiap orang.

Walau berseting di peradaban Maya, Mel Gibson tampaknya tidak begitu berminat untuk mendokumentasikan mengapa peradaban Maya bisa punah. Walau diawal film ia menegaskan bahwa "all great civilizations fail when they begin to rot from inside". Namun, dengan cukup eksplisit, Mel Gibson memang memperlihatkan demoralisasi yang terjadi di masyarakat Maya pada saat itu. 'Apocalypto' justru berbicara tentang 'kepahlawanan' dan penaklukan rasa takut. Seting MAya seakan memperlihatkan bahwa disetiap jaman dan masyarakat, 'heroisme' diperlukan untuk dapat menaklukan kerasnya hidup.

Mel Gibson juga memilih para pemain yang berasal dari kota Mexiko,penduduk kota Yucatan,atau yang merupakan keturunan asli penduduk Amerika dan Kanada.Hal itu penting bagi sutradara karena karakter-karakter ini harus percaya dengan penduduk pribumi asli Amerika.Beberapa pemain termuda dan tertua yang merupakan suku Maya tidak mengerti bahasa selain bahasa suku Maya dan belum pernah menjumpai bangunan tinggi sebelumnya.

Gibson menjelaskan semua pemain yang bukan aktor sehingga mereka dapat bermain sebagai tokoh tertentu dimana penonton melihat mereka dengan peran pemimpin.Dalam dunia peran,kamu selalu punya banyak pilihan.Kamu dapat memilih peran yang sesuai dengan karaktermu atau yang berlawanan dengan karaktermu.Untuk yang satu ini aku punya kriteria pemilihan pemain berdasarkan arkeolog,memilih peran sesuai dengan tipe,karena logat bahasa dan setting waktu yang tidak dikenal.Untuk pemain tambahan yang dipimpin oleh aktor,beberapa adegan membutuhkan pemain tambahan hingga 700 orang.
Pembuatan film Apocalypto paling sering mengambil tempat di Catemaco,San Andres Tuxtla dan Paso de Ovejas,di provinsi Veracrus Meksiko.Adegan di air terjun diambil di San Andreas Tuxtla,nama air terjun tersebut adalah Salto de Eyipantla.Pengambilan gambar lain yang dilakukan oleh tim kedua dilakukan di El Peten,Guatemala,dan di Inggris.Film ini sebenarnya direncanakan akan dirilis pada 8 Desember 2006,tapi Touscstone Pictures menunda peluncuranya pada 8 Desember 2006.

Saat penayangan perdana, Mel Gibson mengatakan, AS sama seperti peradaban kaum Maya yang menjadikan manusia sebagai tumbal. Menurutnya, apa yang telah menimpa kaum Maya tengah terjadi di AS. Pengiriman pasukan ke Irak disetarakannya dengan aksi kaum Maya yang mengorbankan manusia untuk dipersembahkan kepada para dewa. Ini merupakan tanda-tanda kehancuran bangsa AS. Lebih lanjut Mel Gibson menjelaskan bahwa pengiriman pasukan ke Irak terjadi tanpa strategi yang matang dan hasilnya adalah menjadikan mereka tumbal. Farhad Safinia, penulis naskah filem Apocalypto mengatakan, “Saya dan Mel Gibson, berusaha menjelaskan fakta ini kepada para pemirsa bahwa indikasi kehancuran seluruh kekuatan adidaya dunia berada di tingkat yang sama. Adapun tanda-tandanya bermacam-macam mulai dari perusakan lingkungan hidup, terbentuknya sebuah masyarakat konsumeris, atau bahkan ketidakadilan dalam politik.

Adapun dimensi lain dari film ini adalah mencuatnya kritikan dari kaum Maya dan berbagai kelompok di kawasan Amerika Latin. Sejumlah kelompok di Guatemala menilai film Apocalypto sangat tak realistis. Padahal yang disiarkan di Guatemala hanya cuplikan film Apocalypto saja dan tidak seluruhnya. Menurut mereka, ritual pengorbanan manusia dalam film tersebut hanya dipandang dari satu sudut pandang saja. Namun Richard Hanson, seorang dosen dan pengamat sejarah naskah Apocalypto mengatakan, film ini mampu memberikan gambaran sangat tepat dan akurat tentang kaum Maya melalui dekorasi, desain kostum, dan grim. Film ini merupakan kompilasi yang sempurna antara fakta sejarah dan imajinasi penulis naskah. Menanggapi kritikan yang muncul, Mel Gibson mengatakan, “Topik utama film ini termasuk fakta sejarah yang hingga kini masih diperdebatkan. Dan saya harap melalui kenyataan ini, kita dapat menyimpulkan dimensi baru tentang peradaban era modern.” 

Menonton film yang mengambil latar belakang kehidupan primitif masyarakat pedalaman suku Inca-Maya di pedalaman Amerika ini setidak-tidaknya membuat saya ketika itu untuk hanyut ke dalam suasana yang seakan nyata. Film yang mengambil setting hutan yang masih asli ini pun nampaknya menjadi suatu nilai plus tersendiri yang dapat merasuki pemikiran penonton atau sekurangnya saya sendiri.

Refleksi saya terhadap film ini sekurang-kurangnya membuat saya berpikir sejenak untuk dapat menuangkan ide dan gagasan hasil dari buah refleksi saya tersebut. Mengapa demikian? Sejujurnya hampir seluruh rangkaian cerita dan adegan dari cerita sangat menyentuh sisi maskulinitas saya sebagai seorang yang terbawa dalam setting cerita di hutan belantara dan primitif (jika memang harus disebut begitu) pula. Tetapi setidaknya ada suatu bagian adegan yang kiranya dapat menjadi titik tolak pemikiran refleksi saya tersebut.

Gibson tidak saja menjadikan masyarakat Maya sebagai orang-orang barbar, tetapi juga menciptakan stereotip buruk pada bangsa asli benua Amerika itu. Mereka diciptakan sebagai pembunuh yang haus darah, minim cinta, kanibal, dan tidak beradab; tidak seperti bangsa kulit putih yang "beradab, romantis, dan cinta damai." Adegan terakhir memperlihatkan konvoi conquistador bangsa Spanyol yang kelak akan menghancurkan seluruh kehidupan bangsa Maya, Aztec, dan Inca.

Namun, saya tentu juga bisa melihat begitu luar biasanya film ini. Didukung efek visual yang mantap, setiap adegan terlihat begitu nyata. Piercing, tato, dan pakaian penduduk Maya terlihat sangat dominan dan autentik. Di luar aspek-aspek politik yang mungkin terkandung di dalamnya, Apocalypto, menurut saya, tetap akan diingat sebagai salah satu film yang hebat dan, mungkin, penting.