Senin, 18 Januari 2010

Avatar

Cast: Sam Worthington, Zoe Saldana, Sigourney Weaver, Michelle Rodriguez, Giovanni Ribisi, Joel David Moore, CCH Pounder, Peter Mensah, Laz Alonso, Wes Studi, Stephen Lang, Matt Gerald
Director: James Cameron
Writer: James Cameron
Produksi: 20th Century Fox
Release Date: December 18, 2009


Avatar adalah sebuah film yang ceritanya telah ditulis oleh James Cameron semenjak tahun 1994. Bagi Cameron, Avatar adalah sebuah penggabungan dari berbagai buku cerita sci-fi yang pernah dibaca oleh dirinya sewaktu kecil. Setelah menyelesaikan Titanic, pada tahun 1996 Cameron mengumumkan akan membuat film Avatar. Proses pembuatan Avatar terus tersendat-sendat sampai akhirnya terputus, karena teknologi yang tersedia saat itu kurang begitu mendukung. Saat film-film yang menampilkan karakter 3D rekaan (Gollum, King Kong dan Davy Jones) semakin banyak dan teknologinya semakin mudah diterapkan. Cameron akhirnya memutuskan untuk melanjutkan impiannya membuat Avatar.

Kritikus paling dihormati di Hollywood Roger Ebert, telah menyamakan Avatar dengan kedahsyatan film-film besar lainnya sepanjang sejarah, ”Titanic”, ”Star Wars”, dan ”The Lord of The Rings”. Menurutnya, ini adalah film istimewa yang kehebohannya akan menyamai film-film diatas, film yang "extraordinary”, ”sensational”, sebuah event besar dunia perfilman, dan orang akan menontonnya berulang-ulang.

Yang paling hebat dari film ini adalah caranya bercerita. Kita akan seperti benar-benar dibawa ke planet lain, jauh diantara bintang-bintang, dan melihat kehidupannya yang sangat asing dan kaya. Kita akan terbawa dalam ceritanya, alamnya yang indah tidak terbayangkan, dan karakter tokohnya yang hidup dan penuh konflik sehingga kita tidak lagi akan merasa seperti menonton film, tapi seperti seakan-akan berada di sana, dan mengalami petualangan yang seru dan menakjubkan di luar angkasa.

Keajaiban Avatar dan Planet Pandora didukung dengan teknologi 3 Dimensinya yang tercanggih dan dibuat khusus untuk film ini. Technology motion capturenya yang disebut “The Volume” 6 kali lebih canggih dari yang pernah digunakan di film manapun.

James Cameron memang dikenal sebagai sutradara yang selalu hanya menggunakan teknologi tercanggih dalam membuat semua filmnya. Teknologi super canggih inilah yang memungkinkannya menghasilkan keajaiban film, movie magic. Gambar-gambar mencengangkan yang belum pernah disaksikan orang sebelumnya.



Bersetting pada tahun 2154 dimana bumi tempat kita tinggal sedang sekarat akibat krisis energi dan memaksa manusia memutar otak untuk mencari sumber energi baru di luar bumi, sampai akhirnya ditemukanlah sebuah planet mirip bumi bernama Pandora yang memiliki kandungan energi baru yang berlimpah dan juga sangat berharga, unobtainium.

Pandora adalah bulan satelit beralam tropis yang mengorbit Planet raksasa Polyphemus, 4.4 tahun cahaya jauhnya dari Planet Bumi. Dunia Pandora sangat menakjubkan, bernuansa tropis seperti hutan Amazon, tapi jauh lebih indah dan aneh, dan semuanya berukuran raksasa. Penghuninya pun juga sangat eksotis, banyak yang ramah, tapi lebih banyak yang mengerikan, lebih berbahaya dari apapun yang ada di Bumi.



Planet Pandora kaya dengan kandungan mineral Unobtainium yang berharga sangat mahal di bumi, karena itulah RDA (manusia) berusaha mengambil sebanyak mungkin Unobtainium yang ada di planet tersebut. Suku Na'vi menganggap para sky people (manusia) adalah musuh mereka, RDA yang pada awalnya menginginkan jalan damai menjalankan proyek Avatar untuk mendekati para Na'vi.

Cerita diawali dengan kedatangan Jake Sully (Sam Worthington) ke planet yang hampir mirip dengan Bumi tersebut. Pandora yang kaya akan sumber daya alam yang tentu saja berharga bagi kepentingan manusia, mengundang “ketamakan” mereka untuk menjadikan planet itu sebagai daerah kolonialisasi. Namun tidak mudah untuk “menjajah” planet yang kaya akan kandungan mineral ini, pihak manusia dengan para peneliti dan militernya harus terlebih dahulu berkonfrontasi dengan penduduk setempat, dikenal dengan nama Na’vi. 

Guna tujuannya untuk berbaur dan beradaptasi di Pandora, maka diciptakanlah Avatar, sebuah program yang mengijinkan manusia untuk bisa mengontrol tubuh yang mirip dengan Na’vi. Dengan tubuh layaknya penduduk asli Pandora, tak hanya bisa bernafas bebas di planet ini, mereka berharap bisa bebas berinteraksi dengan pihak Na’vi untuk tujuan penelitian dan agar nantinya pihak militer bisa leluasa “mengusir” pada Na’vi. Jake yang mantan seorang marinir diberi kesempatan untuk mengikuti program Avatar tersebut. Sebuah program yang tak hanya membuat dia bisa berjalan lagi, tetapi juga memiliki tubuh baru dalam bentuk Na’vi. Jake bisa mendapatkan hak istimewa itu bukan karena kebetulan, tetapi setelah saudaranya tiada, hanya DNA dia yang cocok dengan Avatar yang dipakai oleh saudaranya itu.



Proyek Avatar adalah sebuah proyek untuk membuat Na'vi hibrida yang DNA-nya berasal dari Na'vi dan manusia. Para Na'vi yang pada dasarnya humanoid nantinya akan dikendalikan oleh manusia yang DNA-nya dicampur dengan DNA Na'vi untuk membuat Na'vi hibrida tersebut. Dr. Grace Augustine (Sigourney Weaver) adalah seorang peneliti yang menjalankan proyek Avatar sambil meneliti cara hidup Na'vi. Nantinya manusia berhasil berkomunikasi dengan para Na'vi dan saling bertukar kebudayaan. Melalui proses tersebut para Na'vi belajar bahasa Inggris, sedangkan manusia tetap pada keinginannya semula, Unobtainium.

Jake dengan tubuh avatarnya pun segera diperkenalkan dengan keajaiban Pandora dan keunikan didalamnya. Bersama dengan tim peneliti yang dipimpin oleh Dr. Grace Augustine (Sigourney Weaver), mereka segera dikirim ke hutan Pandora untuk melakukan penelitian. Tatkala Jake sedang terpesona dengan keanekaragaman kehidupan yang ada di planet itu dan terlalu senang dengan tubuh barunya, dia diserang oleh binatang buas dan membuatnya terpisah dari tim.
Ketika pada akhirnya dokter Grace meninggalkan hutan tersebut untuk kembali ke markas, Jake harus berjuang sendiri di tempat yang masih benar-benar asing baginya. Dalam usahanya untuk “survive” di kegelapan malam Pandora, Jake sekali lagi harus berhadapan dengan mahkluk-mahkluk penghuni hutan tersebut. Ketika dia sedang bersusah payah menghadapi binatang-binatang aneh yang berbahaya itu, dirinya tiba-tiba diselamatkan oleh salah satu “native” yang diketahui bernama Neytiri (Zoe SaldaƱa). Keduanya pun beranjak ke “rumah” para Na’vi tinggal, Neytiri memperkenalkan Jake kepada seluruh kaumnya, termasuk Ayahnya sang kepala suku dan ibunya serta “jenderal” Na’vi yang tampaknya tidak menyukai kehadiran Jake.

Jake yang mereka sebut sebagai “dreamwalker” tidak diperlakukan seperti tawanan oleh para Na’vi, justru mereka ingin mengenal lebih jauh tentang Jake dan mengajarkan dia bagaimana menjadi seorang Na’vi sejati. Dengan bimbingan Neytiri, Jake mulai belajar sedikit demi sedikit tentang kebudayaan dan cara mereka hidup. Jake yang mulai bisa berbahasa Na’vi pun berpetualang lebih dalam, lebih jauh menuju tempat-tempat di Pandora yang sungguh diluar imajinasi manusia. 

Selagi Jake mengikat hubungan dengan penduduk asli, dia bisa kembali ke tubuh manusianya hanya dengan tidur dan dalam sekejap dia bangun sebagai manusia kembali. Lambat laun Jake mulai menyadari kalau dia lebih senang bisa hidup sebagai Na’vi ketimbang menjadi manusia. Ikatannya dengan dunia barunya makin erat sejalan dengan makin seringnya Jake berinteraksi dengan Na’vi terutama dengan Neytiri. Pilihannya sekarang adalah, apakah Jake harus terus sembunyi dibalik tugas yang diembannya untuk membangun kepercayaan pihak “musuh” dan mengusir baik-baik Na’vi dari tempat tinggalnya untuk memberi jalan militer untuk mendapatkan apa yang mereka inginkan. Atau memilih untuk tetap setia berpihak pada dunia yang mulai dia cintai dan berjuang bersama “keluarga” barunya.


Semua pemain yang bermain dalam film Avatar sangatlah gemilang. Sam Worthington yang menjadi Jake Sully memperlihatkan chemistrynya pada Neytiri yang diisikan suaranya oleh Zoe Saldana. Sedangkan Stephen Lang (Colonel Miles Quaritch) berhasil menunjukkan seperti apa jadinya kalau seorang pria gaek yang memiliki ribuan jam tempur, memiliki prinsip hidup one way ticket (semua misi harus selesai), memipin pertempuran. Dengan cerita yang top dan aktor dan aktris yang prima, kami jadi bingung, siapakah yang beruntung? Cameron yang mendapatkan aktor dan aktris tersebut, atau aktor dan aktris tersebut yang bisa bekerja sama dengan sutradara dan penulis cerita sekaliber James Cameron.

Saking seriusnya menggarap detail, Cameron mengajak Paul Frommer, seorang profesor bahasa dari University of Southern California, untuk membuat bahasa khusus Na’vi. Frommer membutuhkan waktu empat tahun guna menciptakan sistem bahasa tersendiri. Bahasa Na’vi mempunyai 1.000 kosa kata dan struktur yang lengkap pula. Untuk melatih aktor berbahasa Na’vi, pelatih bahasa terkemuka Carla Meyer pun disewa. Kamus bahasa Na’vi juga sudah tersedia di internet sekarang. Lebih dari satu petabyte (1.000 terabyte) penyimpanan digital diperlukan bagi semua komponen yang dihasilkan komputer-produksi film tersebut. Ini setara dengan sekitar 500 kali jumlah yang digunakan untuk menciptaan dan mengkaramkan kapal bersama penumpangnya dalam film Titanic.
Selain itu, film ini juga memberikan pesan moral kepada penontonnya, dimana perasaan cinta dan persahabatan mampu mengalahkan kebencian dan ketamakan manusia. Hal itu digambarkan dengan Jake Sully yang akhirnya jatuh cinta dengan suku Na’vi yang bangsa manusia sebut Avatar. Bahkan perasaan saling mencintai juga tergambar antara hubungan manusia dengan tumbuhan, disini digambarkan bahwa pohon dan hewan memiliki hati yang dapat dimengerti dan dipahami. 

Avatar bisa dibilang adalah sebuah terobosan besar dan fenomenal dalam sejarah perfilman dunia, khususnya film2 yang berbasis animasi CGI sebagai pondasinya, Karena apa yang ditampilkan dalam film ini benar-benar sulit untuk diungkapkan dengan kata-kata, mungkin hampir semua gambar disetiap scene nya bisa dijadikan koleksi desktop wallpaper dalam PC kita . Keindahannya dan kedetilannya tingkat tingginya yang benar-benar menakjubkan, bahkan tidak jarang penonton  dibuat “merinding” dengan visual yang “ajaib” itu. Sepanjang kurang lebih dua jam setengah bersama dengan Jake dan Neytiri, imajinasi kita akan dibawa terbang ke dalam dunia Avatar dengan segala keindahan dan keajaiban yang ditampilkan Pandora beserta koleksi flora dan faunanya yang cantik dan unik didalamnya.


Belum cukup dengan itu semua, kita juga akan diberikan sebuah suguhan dari penampilan aktor dan aktris nya yang sekali lagi ditampilkan nyaris sempurna dalam teknologi Motion Capturenya, khususnya pada karakter-karakter Na’vi yang memiliki gerakan yang sangat luwes nyaris tidak bercela, dan para karakter CGI tersebut juga mampu berbaur dengan mulusnya dengan karakter manusia asli dalam sebuah scene akhir yang super dahsyat nan spektakuler. Dan jangan lupakan nama seorang James Horner yang juga berhasil menjadi nilai plus film ini dengan scoring2 musiknya yang sungguh mengugah emosi penontonnya.

Dunia Pandora sudah tidak diragukan lagi keindahannya. James Cameron sungguh pandai dalam mengembangkan film ini menjadi film yang sangat pantas untuk disebut sebagai film yang paling ditunggu-tunggu sepanjang tahun. Mata para penonton dimanjakan dengan berbagai efek yang disuguhkan, terlebih film ini menggunakan teknologi yang amat canggih, pantas merupakan salah satu film dengan budget terbesar sekitar 387 juta Dollar. Sepanjang film, para penonton selalu diberikan penyejuk-penyejuk keindahan dunia Pandora, baik dari segi hewannya, tumbuhannya, Roh kecil 'Eywa', juga para Na'vi dan peralatan perang manusia.

Layaknya hidangan-hidangan restoran yang terus berdatangan, film ini terus menawarkan kita menu-menu terbaiknya. Belum selesai kita “menyantap” adegan penuh kejar-kejaran dan ledakan yang “hillariously” indah, bersiaplah karena film ini masih punya adegan-adegan maha dasyat lainnya yang menunggu di balik keindahan planet bernama Pandora. Avatar pun menutup kisahnya dengan sempurna, 20 menit terakhir film ini adalah klimaks terbaik yang pernah saya alami, tak terlupakan dan melebihi kata spektakuler. Avatar simply become The King of 2009. Have a nice journey into Pandora. Enjoy your trip!!

Untuk membuat Planet Pandora, tentu menjadi tantangan tersendiri bagi Cameron. Kita bisa bilang bahwa Cameron mencoba untuk jadi Tuhan. Bayangkan saja, untuk membuat film tampak sempurna dia harus membuat manusia baru, bahasa baru, hewan baru, tanaman baru hingga alam baru. Tentu saja ini sangat sulit. Makanya di sini Cameron tetap meangadopsi bumi sebagai satu-satunya kehidupan yang sudah kita ketahui.

Makhluk utamanya tetap seperti manusia meski jauh lebih tinggi. Tetap berdiri di atas 2 kaki, punya 2 tangan, 1 kepala, 2 telinga dan susunan tulang (sendi) yang sama dengan manusia.

Mengenai hewan, juga nggak jauh dari yang sudah ada di bumi. Misalnya mengadopsi bentuk kuda, monyet, badak, singa, anjing (srigala), burung serta beberapa serangga. Kuda tetap berfungsi sebagai kendaraan sekaligus alat perang. Selain itu Na’vi juga mengendarai burung besar. Bentuk burung besar ini mengadopsi bentuk burung raksasa di jaman dinosaurus.Nah, dengan mengadopsi makhluk yang sudah ada di bumi, Cameron tinggal merubah sedikit-sedikit. Misalnya semua hewan yang asalnya berkaki 4 dijadikan berkaki 6. Alat bernapas bukan lagi di hidung/kepala namun ditaruh di pangkal leher. Selain kaki, mata juga ada yang ditambah menjadi 4 buah.

Mengenai tumbuhan, Cameron juga berusaha banyak “menciptakan” tumbuhan baru meski tetap mengadopsi tumbuhan bumi. Namun tampak sekali Cameron sangat suka dengan tumbuhan responsif yang diadopsi dari tumbuhan “putri malu”. Selain itu, Cameron lebih suka menciptakan tumbuhan yang bercahaya di malam hari. Makanya di film ini kita akan banyak melihat tumbuhan yang bergerak atau bercahaya ketika disentuh/diinjak.Namun, selain bentuk tumbuh-tumbuhan baru itu, Cameron nggak membuat semua serba baru. Karena tentu saja dia bukan tuhan. Misalnya mengenai bentuk daun, bentuk pohon pada umumnya serta motif dan warna akar yang jelas sama dengan di bumi.


Sedangkan mengenai alam dan lanskap, Cameron berusaha menciptakan perbedaan yang ekstrim di beberapa tempat terutama di bagian gunung. Di situ Cameron menciptakan “bukit terbang” yang lilit akar tumbuhan sehingga mengesankan melayang. Selain lanskap, alam di Pandora hampir sama dengan bumi. Misal percepatan gravitasi dan tekanan udara yang tampaknya dibuat sama supaya nggak terlalu bikin pusing Cameron. Namun meski bertekanan sama, unsur udara di Pandora dibuat berbeda sehingga manusia harus memakai masker khusus untuk bisa bernapas di alam bebas.
Untuk membuat film bersetting tahun 2154 tentu dibutuhkan imajinasi yang sangat tinggi terutama yang menyangkut teknologi. Dan teknologi baru yang ditampilin Cameron antara lain adalah bentuk pesawat, helikopter, peralatan komputer dan robot yang bisa dikendalikan manusia dari dalam.

Untuk imajinasi teknologi ini tentu bukan barang baru bagi Cameron khususnya mengenai robot. Kita tahu Cameron juga sangat imajinatif ketika membuat film Terminator 1 dan Terminator 2 pada akhir dekade 80-an. Saat itu film Terminator 2 juga menjadi film yang menggunakan teknologi terbaru dalam pembuatan film.Yang paling baru dan paling menarik dalam film Avatar bukan terletak pada robot, pesawat atau helikopter tapi lebih kepada monitor komputer. Monitor komputer di film ini hanya berupa lapisan bening seperti kaca. Ada yang datar dan berukuran biasa, juga ada yang berbentuk lengkung dan panjang. Semua monitor tembus pandang dari belakang sehingga bisa dilihat dari belakang (meski tulisan tetap tak terbaca dari belakang). Monitor datar ini juga bisa mengeluarkan gambar 3D yang bisa dilihat dari samping atau belakang.

Selain monitor yang terpasang di meja, ada juga monitor (sekaligus CPU-nya) yang bisa dibawa-bawa dan terkesan ringan. Bentuknya juga cuma seperti kaca bening tapi ringan. Dan sangat menarik ketika ada adegan operator memindah data dari komputer meja ke monitor tersebut hanya dengan menyeret dengan tangannya. Jadi nggak perlu lagi flash-disk lalu copy dan seterusnya. Cukup diseret seperti orang ngelap kaca dan data itu pun sudah ada di monitor yang bisa dibawa-bawa tadi.
Itu belum semua, ada lagi monitor yang berbentuk seperti meja besar. Di meja ini, kita bisa menampilkan hasil pantauan satelit secara 3D di atas meja tersebut. Jadi dengan monitor meja ini, kita seperti melihat Google Earth dalam versi 3 dimensi. Wow, idenya keren sekali.

Semua imajinasi teknologi di atas tentu hanyalah impian. Tapi sangat mungkin suatu saat semua itu akan terwujud, bahkan sebeiwujudkan pada film biasanya memacu para ilmuwan untuk mewujudkannya.
Dan imajinasi paling liar dalam film ini adalah tentang istilah avatar itu sendiri. Avatar adalah teknologi kloning terhadap bangsa Na’vi yang kemudian bisa dikendalikan oleh manusia yang gen-nya ditanamkan. Untuk yang satu ini rasanya bukan teknologi yang baik untuk diciptakan.
Jalan Cerita. Mungkin hanya di faktor ini, kelemahan yang paling fatal dari film Avatar. Bisa dibilang ide cerita film ini nggak jauh beda dengan film Pocahontas hanya saja Avatar merubah orang Indian menjadi bangsa Na’vi di planet Pandora yang dijajah sama manusia modern..Ceritanya sederhana dan klasik. Manusia modern menjajah suatu bangsa primitif dan kemudian ada orang-orang dari rombongan manusia modern tadi yang membelot dan memimpin perlawanan terhadap penjajah. Dan seperti biasa, pembelotan ini didasarkan pada unsur kemanusiaan dengan bumbu percintaan.
Menanggapi jalan cerita yang sederhana ini ada pro dan kontra di kalangan penikmat film. Pendapat pertama mengatakan nggak peduli dengan cerita. Film ini tetap film terbaik sepanjang masa. Bagi kalangan ini, film tergantung siapa yang mengemas. Bagi mereka Cameron sangat canggih dalam memberi kemasan. Bahkan di sebuah blog seorang penikmat film mengatakan bahwa Cameron bisa menyajikan (memasak) tempe sehingga seperti steak.
Pendapat kedua, menempatkan cerita sebagai nilai negatif bagi Avatar meski mengakui kelebihan yang lain. Pendapat ini sama dengan pendapat penulis. Bagi penulis, unsur utama dari sebuah film tetap ada di jalur cerita. Itulah kenapa film seperti Forrest Gump, A Beautiful Mind, No Country for Old Men dan Slumdog Millionaire, yang termasuk sedikit efek visualnya, bisa memenangkan film terbaik di ajang Academy Award. Efek visual tentu sangat penting, tapi itu lebih bertujuan untuk menyempurnakan cerita. Kalau unsur ceritanya belum bagus, efek visual tetap kurang mampu mengangkat kualitas film secara keseluruhan.