Cast: James Caviezel, Guy Pearce, Richard Harris, James Frain, Dagmara Dominczyk, Michael Wincott, Luis Guzmán, Christopher Adamson
Director: Kevin Reynolds
Writers: Jay Wolpert base on novel Alexandre Dumas
Produksi: Touchstone Pictures
Release Date: 25 January 2002
Sebuah cerita yang diangkat dari sebuah buku novel karangan penulis besar Perancis, Alexandre Dumas yang diterbitkan sekitar tahun 1870an. The Count of Monte Cristo hanyalah salah satu dari sekian banyak karya Alexandre Dumas yang tak kalah fenomenal seperti The Three Musketeers. Novel ini mengambil latar belakang jaman pergolakan di Perancis pada saat runtuhnya kekuasaan Napoleon Bonaparte sebagai panglima perang Perancis, dengan segala intrik dan skandal yang meliputinya.
Rumah produksi raksasa Hollywood Buena Vista Films mengangkat kisah roman abad ke-19 karya sastrawan Prancis Alexandre Duma berjudul "The Count of Monte Cristo" ke layar lebar. Karya yang dikemas menjadi film kolosal ini dibintangi aktor Jim Caviezel dan Guy Pearce. Tak ketinggalan, sutradara Kevin Reynolds mengarahkan film yang berkisah tentang perjuangan pelaut muda Emond Dantes.
Kisah dibuka dengan kedatangan kapal Pharaon di pelabuhan Marseilles. Edmond Dantes turun dari kapal menemui Monsieur Morrel, pemilik kapal untuk menceritakan tentang kapten Pharaon yang meninggal dalam perjalanan. Sebelum meninggal, sang kapten menitipkan surat kepada Edmond untuk disampaikan pada seseorang di pulau Elba, yang waktu itu menjadi tempat pengasingan Napoleon Bonaparte. Dari pulau Elba, Edmond dititipi surat balasan untuk disampaikan secara pribadi kepada seseorang pengikut setia Napoleon di Marseilles. Edmond tidak tahu-menahu tentang persoalan politik dan perseteruan antara pengikut Napoleon dan pengikut Raja Louis XVIII. Setelah kematian kapten Pharaon, Dantes dipromosikan menjadi kapten untuk pelayaran dagang berikutnya. Promosi ini tidak disukai oleh Danglars, sesama kru Pharaon.
Setelah menemui Monsieur Morrel, Edmond menemui Mercedes, tunangannya dan mulai merencanakan untuk segera menikah. Promosi Edmond sebagai kapten kapal memungkinkan pernikahan itu segera dilakukan. Ini tidak disukai oleh Fernand Mondego, yang juga sedang berusaha mendekati Mercedes. Nah, apa yang dilakukan oleh dua orang yang membenci satu orang yang sama? Tentu saja bersekutu dan membuat ‘barisan sakit hati’. Dengan dibantu oleh seorang tetangga licik Edmond yang bernama Caderousse, ketiganya menulis surat palsu kepada Jaksa Wilayah, Monsieur Villefort, menyatakan bahwa Edmond Dantes adalah seorang mata-mata dan partisan Napoleon. Tepat pada malam perjamuan sebelum pernikahan Edmond dan Mercedes, Dantes ditangkap dan digelandang ke pengadilan.
Di depan Villefort, Dantes membela diri dan menceritakan semuanya, termasuk tentang surat rahasia yang harus disampaikannya kepada seorang pendukung Napoleon di Marseilles. Ketika Dantes mengatakan kepada siapa surat tersebut ditujukan, Villefort terkejut bukan main. Jika orang lain tahu tentang siapa tujuan surat itu, maka hancurlah reputasi dan nama baik Villefort sebagai Jaksa dan sebagai pendukung setia Raja Louis XVIII. Surat tersebut ditujukan tak lain kepada ayahnya sendiri, Monsieur Noirtier. Dengan alasan ingin menyelamatkan Dantes, Villefort meminta surat tersebut dan membakarnya di depan mereka berdua, agar tidak ada lagi bukti yang dijadikan alasan dakwaan Dantes. Alih-alih dibebaskan, Dantes malah dikirim ke Chateu D’if, penjara yang seperti nusakambangan, tanpa ada kejelasan berapa tahun masa hukuman.
Di sel bawah tanah Chateu d’if itulah, Dantes menghabiskan beberapa tahun sebelum akhirnya bertemu dengan sang pendeta, Abbe Faria yang tiba-tiba saja muncul dari dalam tanah. Sang Pendeta telah menggali terowongan selama bertahun-tahun yang awalnya dimaksudkan agar berujung di tebing laut, tetapi malah berujung di sel Dantes. Dari pertemuannya dengan Abbe Faria itulah mata, telinga dan pemikiran Dantes mulai terbuka, termasuk terhadap rencana jahat yang telah menimpanya. Sejak Dantes dikuasai dendam, hingga akhirnya Dantes berhasil kabur dari Chateau d’If.
Dantes berhasil selamat setelah berenang ke sebuah pulau, bertemu dengan kawanan bajak laut Luigi Vampa, yang kebetulan sedang ingin mengeksekusi salah satu anak buah, lalu Dantes disuruh untuk bertarung dengan si anak buah itu, kemudian Dantes menang, selanjutnya karena kebaikan Dantes, si anak buah yang bernama Jacopo itu tidak dibunuh, dan akhirnya menjadi pengikut setia Dantes. Maka dimulailah rencana-rencana pembalasan dendam.
Selama belasan tahun menghilang, dan dikabarkan telah tenggelam dalam upayanya kabur dari Chateau D’if, tidak ada satu pun orang yang mengenali Edmond Dantes ketika dia muncul sebagai Count of Monte Cristo, dengan segala kekayaan dan keglamorannya. Banyak hal telah berubah di Marseilles. Ayahnya telah meninggal karena kelaparan. Danglars sudah menjadi bankir kaya raya dan bergelar Baron, Fernand Mondego telah menjadi jenderal dan berubah nama menjadi Monsier Morcref, dan pahitnya, telah menikahi Mercedes dan memiliki satu putra yang sudah remaja, bernama Albert.
Lewat sebuah penyelamatan yang direncanakan, Count of Monte Cristo menyelamatkan Albert di Roma dari penculikan oleh bandit Itali, Luigi Vampa. Atas usaha penyelamatan itu, Count Monte Cristo meminta Albert untuk menjadi pembimbingnya dalam memasuki dunia sosialita Paris, tempat musuh-musuh Dantes berada. dan skenario pembalasan dendam pun, satu per satu mulai dijalankan. Dengan kekayaan yang dimilikinya yang berasal dari harta karun Abbe Faria, tidak ada yang tidak mungkin bagi Dantes.
Dantes seolah menjadi agen Tuhan dalam memberikan keadilan kepada manusia. Monsieur Morrel dan keluarganya, yang telah banyak berbuat baik kepada Dantes, dan beberapa kali mendatangi Villefort untuk meminta pembebasan Dantes, diberikan balasan keberuntungan dan penyelamatan secara tak terduga. Di saat Monsieur Morrel putus asa dan hampir bunuh diri karena usaha perdagangannya bangkrut, pada detik-detik terakhir, muncul malaikat penolong bernama “Sinbad the Sailor” yang tidak lain adalah Dantes sendiri. Meski demikian, pertolongan inipun tetap dilakukannya dengan cara yang cantik dan misterius, benar-benar seperti cara kerja Tuhan dalam membalas perbuatan kebaikan manusia.
Sang Count dengan lihai memainkan intrik demi intrik, konspirasi demi konspirasi demi membuka kedok para musuh-musuhnya satu demi satu. Saat musuh-musuhnya telah sekarat dan di ambang kehancuran, barulah dia membuka siapa dirinya sebenarnya. Nama yang telah terkubur dan terlupakan itu seolah menjadi hantu dari masa lalu.
The Count of Monte Cristo sarat akan pesan yang menjunjung tinggi nilai-nilai luhur kehidupan yang kala itu seperti tengah dilanda krisis moral. Dimana seorang pria muda yang polos bersahaja dapat berubah total menjadi sosok yang mampu melakukan segala hal demi menuntaskan dendamnya. Pria tersebut hanyalah kambing hitam dari intrik dan skandal politik dalam rangka menjatuhkan posisi Napoleon Bonaparte yang tengah menjalankan misi agresinya ke berbagai belahan dunia untuk memperluas kekuasaan kerajaan Perancis kala itu.
Dalam novel ini Alexandre Dumas mengemas kisahnya dengan sangat manarik. Skenario balas dendam yang dijalankan oleh Edmond Dantes atau Count Monte Cristo benar-benar rapih. Selepas melarikan diri dari penjara dan memiliki harta yang melimpah ia tidak langsung melakukan aksi balas dendamnya terhadap mereka yang telah menghancurkan hidupnya.Dengan sabar ia merangkai dan melaksanakan berbagai rencana balas dendamnya dengan sangat rapih dan cerdas sehingga dibutuhkan waktu sekitar 25 tahun sejak dirinya dipenjara hingga dendamnya terbalas tuntas
Seperti layaknya seorang grand master catur, semua langkah yang disusun oleh Monte Cristo benar-benar penuh perhitungan, semua aksinya dilakukan secara amat wajar sehingga tak seorangpun menduga bahwa semua ini adalah perbuatan Monte Cristo sebelum ia membeberkan semua rencana dan jati dirinya terhadap musuh-musuhnya yang saat itu sudah berada di ujung tanduk.
Dalam melahirkan karya-karyanya, Dumas juga selalu berkolaborasi dengan para asistennya. Sepanjang kariernya Dumas telah menulis sekitar 250 buku dengan dibantu oleh 73 asisten dan para kolaboratornya. Salah satu yang terkenal adalah Auguste Maquet, seorang guru sejarah. Dalam The Count of Monte Cristo Maquetlah yang membuat garis besar alur dan draftnya, sedangkan Dumas menambahkan detail dan dialognya.
The Count of Monte Cristo pertama kali dimuat di harian Journal des Debats dalam 18 bagian dari tanggal 28 Agustus 1844 sampai 28 Agustus 1846. Versi lengkap novel dalam bahasa Prancis dipublikasikan sepanjang abad ke 19. Sedangkan versi bahasa Inggrisnya terbit pada tahun 1846.
Novel ini kemudian menjadi novel klasik yang terus dibaca hingga kini, sedikitnya novel ini telah diterjemahkan ke dalam 100 bahasa, dan telah tujuh kali dibuat film baik itu layar lebar maupun serial TV, selain itu telah berkali-kali juga dibuat naskah dramanya.